Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan engkau dustakan?

Update blog sobat

2008-11-11

Senyumlah Dengan HATI-mu

Berikut ini adalah curhatnya seorang ibu. Kejadiannya saat beliau juga berstatus mahasiswi.

***

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling"
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang yang belum dikenalnya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Kemudian setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.

Saya adalah seorang wanita yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi saya pikir tugas ini sangatlah mudah bagi saya.

Setelah menerima tugas tersebut, saya segera menenui suami dan anak bungsu saya yang menunggu di taman halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering...! Sewaktu suami saya akan masuk ke dalam antrian, saya memintanya agar dia saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang disekitar kami bergerak menyingkir, bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar antrian. Perasaan panik menghampiri diri saya, ketika saya berbalik dan melihat mengapa mereka segera menyingkir...

Saat berbalik itulah, saya mencium suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, dan... tepat di belakang saya berdiri, dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil...! Saya bingung dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya...

Lelaki itu bermata biru, sorot matanya tajam... tapi juga memancarkan kasih sayang...!
Dia menatap saya, seolah meminta agar saya dapat menerima "kehadirannya" ditempat itu... Ia menyapa "Good day...!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.

Secara spontan saya membalas senyumnya, dan tiba-tiba sayapun teringat akan "tugas" yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangan dengan gerakan yang aneh, berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki yang bermata biru adalah "penolong"nya.

Saya merasa prihatin... setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama kedua lelaki itu. Dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah di depan counter. Ketika wanita muda di counter itu menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya mempersilahkan kedua lelaki itu untuk memesan duluan...

Lelaki bermata biru segera memesan, "Kopi saja, satu cangkir...Nona!"
Ternyata dari koin yang berhasil dikumpulkannya, hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan restoran di sini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saya merasa iba... saya terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya... sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya... dan pasti juga melihat semua "tindakan" saya...

Saya baru tersadar setelah petugas counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya, menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum... dan meminta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan yang terpisah. Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantar nampan pesanan saya ke meja, tempat duduk suami dan anak saya.

Sementara saya sendiri membawa nampan lainnya, berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih oleh kedua lelaki itu untuk beristirahat... Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bermata biru itu sambil berucap, "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua..."

Kembali mata biru itu menatap saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca... dan dia hanya mampu berkata, "Terima kasih banyak nyonya..."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata... "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini untuk kalian..."

Mendengar ucapan saya, si mata biru tak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka, dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk, suami saya mencoba meredakan tangis saya, sambil tersenyum berkata... "Sekarang saya tahu, mengapa Allah mengirimkan dirimu menjadi istriku..., yang pasti, untuk memberikan "keteduhan" bagi diriku dan anak-anakku...!

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat... dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena "bisikan-Nya" lah kami telah mampu memanfaatkan "kesempatan"... untuk berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran, disusul oleh beberapa pengunjung lainnya... mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk berjabat tangan dengan kami.

Salah seorang diantaranya, seorang bapak, memegang tangan saya dan berucap,
" Tanganmu ini telah memberi pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada di sini..., jika suatu saat saya diberi kesempatan oleh-Nya, saya akan lakukan seperti yang kamu contohkan tadi kepada kami..."
Saya hanya bisa berucap "terima kasih" sambil tersenyum.

Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami...!

Dalam perjalanan
pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya dan sekaligus merupakan 'hidayah' bagi saya..., maupun bagi orang-orang yang ada disekitar saya saat itu.

Pengalaman hari
itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT dan INDAH sekali...!

Saya kembali ke kampus, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas.

Dia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya
membagikan ceritamu ini kepada yang lain?"
Dengan senang hati saya
mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya.

Ia mulai membaca.... para siswapun
mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi...

Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam
membawakan ceritanya... membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya, diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya...
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa
'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu..."

Dengan cara-NYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.

Saya lulus... dengan satu pelajaran terbesar yang tidak pernah
saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu : "PENERIMAAN TANPA SYARAT".


Artikel sebelumnya



Next Article => Raja dan 4 Istrinya

1 comments:

saya juga jadi belajar "menerima tanpa syarat" setelah baca ini.. makasih banyak ceritanya...

Post a Comment

Terimakasih atas komentarnya

 
 

AL Asma'ul Husna

Sahabat Pondokku

~PONDOK-KU~ - | Copyright 2009 Blogger.com| - - - - - - - -